Wednesday, May 27, 2009

RITA

Dua bulan yang lalu, kita ketemu, makan es krim kesukaanmu dan ngobrol tentang topik yang paling kamu sukai, cerita tentang kenakalanku bersama ayahmu di masa muda kami di kota kelahiran kami, juga tempat kelahiranmu. Meski aku gak pernah tahu kenapa kamu paling suka memintaku bercerita tentang hal yang sama, tapi aku merasa kamu senang banget, bisa tertawa lepas, dan sering kamu tutup dengan komentar singkat khasmu

’ Ayah sama om Wasis nakal banget ya...’

Maka aku pun akan memanggilmu ’ Beo...beo...’ sebagai candaanku atas nama lengkapmu, Fabiorita Aulia. Ah... 

Lain waktu, sebulan sebelumnya, kamu mengadu padaku tentang teguran ayahmu, serta meminta aku membelamu di depan ayahmu. Seperti biasa pula, aku selalu melakukan semacam ritual runtin terhadap ’pengaduanmu’. Aku tanya apa sumber masalahnya, apa alasanmu, dan apa pula dasar teguran ayahmu.

 

Kamu selalu antusias menyampaikan pendapatmu, dengan cara khas anak seusiamu, 16 tahun. Sesekali aku godain kamu atas penjelasanmu. Maka kamu pun sedikit kebingungan dalam beberapa saat, tapi segera sadar bahwa aku sedang menggodamu. Kita pun tertawa lepas... 

Lalu aku akan berbicara kepada ayahmu, ditengah-tengah acara minum kopi. Kita berempat pun, kamu, ibu n ayahmu, serta aku duduk bareng melingkar di depan TV, ngobrol ringan sambil sesekali aku nyentil masalah kalian, kamu dan ayahmu. Suasana pun cair, dan kita bercanda-canda seperti biasa. Dan tanpa terucapkan, kalian merasa masalah telah selesai, ayahmu bisa memahami argumentasimu, dan kamu pun bisa menangkap pesan dari teguran ayahmu.

 

Entah, aku gak pernah menanyakan pada ayahmu, kenapa dia tidak pernah keberatan dengan model klarifikasi seperti ini. Ayahmu pun gak pernah merasa aku telah mencampuri ‘wilayah’nya.

Aku pun pernah tanya hal ini padamu, kenapa gak milih orang lain sebagai tempat mengadu. Kamu pun menjawab bahwa menurutmu hanya aku yang kamu percaya, dan paling mengerti sifat ayahmu. Juga, menurutmu, aku pula yang bisa menjelaskan pada ayahmu tentang pendapatmu dengan bahasa kami (nakal sekali kamu, Ta). 

”Kata mama, hanya om wasis yang tahu persis sifat ayah, dan karena sama-sama nakal dan bandel, maka ayah merasa seperti mendengar suara dia sendiri’ katamu waktu itu. Meski aku selalu merasa heran dengan penjelasanmu,(Aku perkirakan, sebagian dari penjelasanmu kamu sitir dari cerita mamamu), aku selalu tersenyum mendengar penjelasanmu yang satu ini. Sebab caramu menyampaikan pendapat memperlihatkan gaya kenakalan kami di masa muda.

 

Ya..ya... Mungkin kamu benar, sebab aku, mama dan ayahmu adalah kawan sejak kami sekolah di SMP dan SMA yang sama. Aku tersanjung, dan berjanji untuk memelihara kepercayaanmu itu.

Dan hari selasa malam, 5 Mei itu....
Tantemu menelponku dengan suara kalut, bingung dan tergesa-gesa.

” Rita kecelakaan.... Rita kecelakaan....... Dia koma sekarang.... ada pendarahaan di kepala... kamu dimana?” kata tantemu padaku dengan terputus-putus

Aku?

Waktu terasa tidak memberikan jeda yang cukup bagiku untuk mencerna, merunut dan membedakan antara fakta, informasi dan harapanku. Terasa ada benda keras yang menghantam dadaku, menyesakkan, tetapi harus aku terima, harus aku rasakan. Terjadi pertempuran yang sangat seru, antara otakku dan hatimu. 

Semalaman aku mencoba mencari informasi tentang berita itu dengan mencoba menelpon beberapa om-mu, ayah dan ibumu. Tapi semua gagal.

Rabu siang, aku berhasil menelpon ayahmu, dan mendapat menjelasan tentang apa yang telah terjadi serta kondisimu saat itu

Duh Gusti Kang Murbeng Dudadi.....
Benturan keras di kepala ketika kamu terlempar dari motor saat itu....
Batang otakmu tidak bisa berfungsi lagi...

Tanpa terasa air mataku menetes, dan suaraku pun serak karena tidak mampu lagi menahan keharuan dan kesedihan yang aku rasakan. Aku memutuskan untuk menutup telepon dengan kata basa basi kepada ayahmu untuk kuat, tabah dan menerima takdir ini.

 

Ayahmu tegar..... sangat tegar.... aku yang belum sempat membangun ketegaran itu
Kamis sore, aku mempercepat beberapa pekerjaan agar aku bisa segera ketemu dengan ayah dan mamamu. Aku harus datang, harus.....

Dan....

Di ruang tamu kontrakan kalian, aku melihat tubuhmu dibaringkan......

Rona kehdupan tidak tidak aku temui lagi di wajahmu.

Gusti.......Teraduk-aduk hatiku, 

Kullu nafsin daaikatul maut..
Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun

Rita, damai lah kamu di sana
Percayalah, aku akan terus mencoba menjadi teman yang baik bagi ayah dan mamamu

 

 

 

 

Monday, April 16, 2007

the Difference


d.i.f.f.e.n.c.e.s
in cemara



ada yang gondrong


ada yang botak...


ada yang kurus dan ada yang kurang kurus...
bahkan ada yang pura-pura tidak gendut !
ada batak, ada jawa, ada bali, ada medan, ada cina, ada melayu bahkan ada 'expat' dari Belanda....




ada yang pelit, ada yang paliiiing baik hati, ada yang malesh, ada yang paling rajin...

meskipun kadang kadang orang tersebut malesh melihat hal-hal yang kotor sehingga akhirnya beliau rajin mencuci piring..

dan yang satu lagi... paling rajin tidur, istirahat siang = tidur, pulang kerja = tidur, setelah makan malam = tidur.....

tapi semua orang orang itu... bisa tinggal di satu rumah...
coba deh dibayangin, si rajin, hampir tiap hari ketemu dengan si malesh... dan si pelit hampir setiap hari berkelahi dengan si baik hati...


Tapi lihat pada saat makanan terhidang ......

semua akan bersatu untuk segera menghabiskan makanan tersebut !!!

kita bahkan sewa tukang masak dari bali


dan pencuci piring dari medan




bersatu kita kenyang...

bercerai...

gak akan dapet makaaaan !!!
expired we say!!!!!
arsip satu ya....


...ini salah satu yang gak dapet makan dan akhirnya ketiduran karena kelaperan dan kekesalan...


kejam?
nope, it's just nature of cemara ...

be together
be happy
be there


with lot of differences around us...

let's learn together how to deal with the cultural diffrences by sharing all experiences, inputs and suggestions through this blog..

send your experiences, inputs and suggestions to rumah13@gmail.com
ps. no offence for people on above pictures.. peace guys!!

Tuesday, April 10, 2007

Novi


Pengen motret kok di potret...

Original Cemaras


2 primitif di depan dan belakang (without any shirt on)

Monday, April 9, 2007

Awan Setyo Yuwono


with one of lots...

Rudy "Hulk" Sabri


Finally, the Man in Green...

Apip


Our Only Son